Saturday 20 January 2018

Klasifikasi White box

White Box testing

Klasifikasi white box testing mencakup beberapa pengujian , yaitu:
1.     Pengujian unit( unit testing )
Pengembang melaksanakan pengujian unit untuk memeriksa apakah modul tertentu atau kode unit bekerja dengan baik. Pengujian unit berada pada tingkat yang sangat dasar seperti ketika unit kode di kembangkan atau fungsi tertentu di bangun. Pengujian unit berkaitan dengan unit secara keseluruhan. Hal ini akan menguji interaksi antara berbagai fungsi, tetapi membatasi pengujian di dalam satu unit. Lingkup yang tepat dari unit tinggal kan kepada intrepretasi, pendukung kode pengujian, kadang-kadang di sebut perancah (scaffolding), mungkin di perlukan untuk mendukung setiap pengujian. Jenis pengujian ini di gerakan oleh tim arsitektur dan implementasi. Fokus ini juga disebut white box testing karena hanya perincian antarmukalah yang terlihat untuk pengujian. Pada indrustri konstruksi , perancah yang bersifat sementara, mudah di pasang dan di bongkar,  merupakan frame yang ditempatkan di sekitar bangunan untuk memudahkan konstruksi bangunan. Pekerja konstruksi pertama kali membangun perancah dan melakukan pembangunan. Kemudian, perancah dipindahkan setelah bangunan selesai dikerjakan. Demikian pula dalam pengujian perangkat lunak, satu pengujian khusus mungkin memerlukan beberapa pengujian yang mendukung perangkat lunak. Perang   kat lunak ini akan membentuk sebuah lingkungan di sekitar pengujian jika penilaiannya benar ketika pengujian berlangsung.  Perancah perangkat lunak bisa menetapkan status dan nilai – nilai untuk stuktur data serta menyediakan tiruan (dummy) fungsi eksternal untuk pengujian. Perancah perangkat lunak yang berbeda mungkin di perlukan untuk pengujian - pengujian lainnya. Bisasanya perancah perangkat lunak tidak memeliki kualitas yang sama sebagai sistem perangkat lunak dan sering sangat rapuh (fragile). Pengujian internal dan unit dapat dilakukan secara otomatis dengan bantuan tool cakupan (covarage tool). Tool cakupan akan menganalisis kode sumber dan menghasilkan pengujian yang akan melaksanakan setiap urutan eksekusi alternatif. Pertama, tool tersebut di gunakan untuk menambah sumber dengan menempatkan cetakan informasi setelah setiap baris kode. Kemudian, deretan pengujian (test suite) di jalankan dalam jejak audit (audit trail). Jejak audit akan di analisis dan melaporkan presentasi total dari sistem kode di jalankan selam pengujian. Jika cakupan yang tinggi dan baris kode yang belum di uji berdampak rendah pada kualitas sistem keseluruhan, pengujian tambahan tidak di perlukan lagi.
2.     Analisis Statis dan Dinamis (static and dynamic analysis)
Analisis statis dilibatkan melalui kode untuk mengetahui segala bentuk kemungkinan cacat dalam kode, sedangkan analisis dinamis akan melibatkan pelaksanaan kode dan penganalisisan hasilnya.
3.     Cakupan Pernyataan (statement covarage)
Jenis pengujian kode di jalankan dengan setiap pernyataan dari aplikasi yang di jlankan minimal sekali. Hal tersebut membantu dalam memastikan semua pernyataan untuk di jlankan tanpa efek samping.
4.     Cakupan Cabang (branch covarage)
Pengujian cakupan cabang membantu pemvalidasian semua cabang di dalam kode dan memastikan bahwa tidak ada yang mengarah kepercabangan perilaku abnormal dari aplikasi.
5.     Pengujian Mutasi (mutation testing)
Aplikasi di uji untuk kode yang telah dimodifikasi setelah pemasangan bug / cacat tertentu. Hal ini juga membantu dalam pengembangan fungsi secara efektif.

Itulah sekilas tentang klasifikasi white box testing dalam RPL, semoga bermanfaat, untuk info lebih lanjut anda dapat membuka website resminya. Terimakasih..!

Sumber  referensi :
Simarmata janner,"Rekayasa Perangkat Lunak", ANDI     
   Yogyakarta, 2010.

0 comments:

Post a Comment