White Box testing
Klasifikasi white box testing mencakup beberapa pengujian ,
yaitu:
1. Pengujian unit( unit testing )
Pengembang melaksanakan
pengujian unit untuk memeriksa apakah modul tertentu atau kode unit bekerja
dengan baik. Pengujian unit berada pada tingkat yang sangat dasar seperti
ketika unit kode di kembangkan atau fungsi tertentu di bangun. Pengujian unit
berkaitan dengan unit secara keseluruhan. Hal ini akan menguji interaksi antara
berbagai fungsi, tetapi membatasi pengujian di dalam satu unit. Lingkup yang tepat
dari unit tinggal kan kepada intrepretasi, pendukung kode pengujian,
kadang-kadang di sebut perancah (scaffolding),
mungkin di perlukan untuk mendukung setiap pengujian. Jenis pengujian ini di
gerakan oleh tim arsitektur dan implementasi. Fokus ini juga disebut white box testing karena hanya perincian
antarmukalah yang terlihat untuk pengujian. Pada indrustri konstruksi , perancah
yang bersifat sementara, mudah di pasang dan di bongkar, merupakan frame yang ditempatkan di sekitar
bangunan untuk memudahkan konstruksi bangunan. Pekerja konstruksi pertama kali
membangun perancah dan melakukan pembangunan. Kemudian, perancah dipindahkan
setelah bangunan selesai dikerjakan. Demikian pula dalam pengujian perangkat
lunak, satu pengujian khusus mungkin memerlukan beberapa pengujian yang
mendukung perangkat lunak. Perang kat
lunak ini akan membentuk sebuah lingkungan di sekitar pengujian jika
penilaiannya benar ketika pengujian berlangsung. Perancah perangkat lunak bisa menetapkan
status dan nilai – nilai untuk stuktur data serta menyediakan tiruan (dummy) fungsi eksternal untuk pengujian.
Perancah perangkat lunak yang berbeda mungkin di perlukan untuk pengujian - pengujian
lainnya. Bisasanya perancah perangkat lunak tidak memeliki kualitas yang sama
sebagai sistem perangkat lunak dan sering sangat rapuh (fragile). Pengujian internal dan unit dapat dilakukan secara
otomatis dengan bantuan tool cakupan (covarage
tool). Tool cakupan akan menganalisis kode sumber dan menghasilkan
pengujian yang akan melaksanakan setiap urutan eksekusi alternatif. Pertama,
tool tersebut di gunakan untuk menambah sumber dengan menempatkan cetakan informasi
setelah setiap baris kode. Kemudian, deretan pengujian (test suite) di jalankan dalam jejak audit (audit trail). Jejak audit akan di analisis dan melaporkan
presentasi total dari sistem kode di jalankan selam pengujian. Jika cakupan yang
tinggi dan baris kode yang belum di uji berdampak rendah pada kualitas sistem
keseluruhan, pengujian tambahan tidak di perlukan lagi.
2. Analisis Statis dan Dinamis (static and dynamic analysis)
Analisis statis dilibatkan
melalui kode untuk mengetahui segala bentuk kemungkinan cacat dalam kode,
sedangkan analisis dinamis akan melibatkan pelaksanaan kode dan penganalisisan
hasilnya.
3. Cakupan Pernyataan (statement
covarage)
Jenis pengujian kode di jalankan
dengan setiap pernyataan dari aplikasi yang di jlankan minimal sekali. Hal tersebut
membantu dalam memastikan semua pernyataan untuk di jlankan tanpa efek samping.
4. Cakupan Cabang (branch
covarage)
Pengujian cakupan cabang
membantu pemvalidasian semua cabang di dalam kode dan memastikan bahwa tidak
ada yang mengarah kepercabangan perilaku abnormal dari aplikasi.
5. Pengujian Mutasi (mutation
testing)
Aplikasi di uji untuk kode yang
telah dimodifikasi setelah pemasangan bug / cacat tertentu. Hal ini juga
membantu dalam pengembangan fungsi secara efektif.
Itulah sekilas tentang klasifikasi white box testing dalam RPL, semoga bermanfaat, untuk info lebih lanjut anda dapat membuka website resminya. Terimakasih..!
Sumber referensi :
Simarmata janner,"Rekayasa Perangkat Lunak", ANDI
Yogyakarta, 2010.
0 comments:
Post a Comment