Friday, 19 January 2018

Klasifikasi Black Box testing

Black Box Testing

Klasifikasi black box testing mencangkup beberapa pengujian, diantaranya sebagai berikut :

1.       Pengujian fungsional (Functional testing)
Pada jenis pengujian ini, perangkat lunak di uji untuk persyaratan fungsiolanal. Pengujian di lakukan dalam bentuksi tertulis untuk memeriksa apakah aplikasi berjalan seperti yang di harapkan. Walaupun pengujian fungsional sudah sering di lakukan di bagian akhir dari siklus pngem angan , masing – masing komponen dan proses dapat di uji pada awal pengem bangan, bahkan sebelum sistem berpungsu. Pengujian ini sudah dapat di lakukan pada seluruh sistem. Pengujian pungsional meliputi seberapa baik sistem melaksanakan fungsinya, termasuk perintah – perintah pengguna, manipulasi data, pencarian dan feroses bisnis, penggunalayar dan integrasi. Pengujian juga meliputi permukaan yang jelas dari jenis fungsi-fungsi, serta operasi back end (seperti ,keamanan dan bagaimana meningkatkan sistem ).

2.       Pengujian tegangan (stress testing)
Pengujian tegangan berkaitan dengan kualitas aplikasi di dalam lingkungan.  Idenya adalah untuk menciptakan sebuah lingkungan yang lebih menuntut aplikasi, tidak seperti saat aplikasi dijalankan pada beban kerja normal. Pengujian ini adalah yang paling sulit, cukup kompleks di lakukan, dan memerlukan upaya bersama dari semua tim.

3.       Pengujian beban (load testing)
Pada pengujian beban aplikasi akan di uji dengan beban berat atau masukan, seperti yang terjadi pada pengujian situs web, Untuk mengetahui apakah aplikasi atau situs gagal atau kinerjannya menurun. Pengujian beban ber oprasi pada tingkat beban standar, biasanya beban tertinggi akan diberikan ketika sistem dapat menerima dan tetap berpungsi dengan baik. Perlu di ketahui bahwa pengujian beban tidak bertujuan untuk merusak sistem dengan banyak hal,  namun mencoba untuk menjaga agar sistem selalu kuat dan berjalan dengan lancar.

4.       Pengjian khusus (ad-hoc testing)
Jenis pengujian ini di lakukan tanpa penciptaan rencana pengujian (test plan ) atau kasus pengujian (test case ). Pengujian kasus membantu dalam menentukanlingkungan dan durasi dari sebagai pengujian lainnya dan juga membantu para penguji dalam mempelajari aplikasi sebelum memulai pengujian ini merupakan metode pengujian forma yang paling sedikit. Salah satu penggunaan terbaik daripengujian khusus adalah untuk penemuan. Membaca persyaratan atau sfesikasi (jika ada) jarang memberikan panduan yang jelasmengenai bagaimana sebuah program benar-benar bertindak bahkan dokumentasi penggunaan tida menangkap’’look and feel’’dari sebuah program. Pengujian khusus dapat menemukan lubang-lubang dalam pengujian strategi dan dapat mengekspos hubungan di antara sub sistem lain yang tidak jelas. Dengan cara ini, pengujian khusus berfungsi sebagai alat untuk memeriksa kelengkapan yang anda uji.

5.       Pengujian penyelidikan (exploratory testing)
Pengujian penyelidikan mirip dengan pengujian khusus dan dilakukan untuk mempelajari / mencari aplikasi. Pengujian penyelidikan perangkat lunak ini merupakan pendekatan yang menyenangkan untuk pengujian. 

6.       Pengujian usabilitas (usability testing)
Pengujian ini di sebut juga sebagai pengujian untuk keakraban pengguna (testing for user-friendliness). Pengujian ini di lakukan jika antarmuka penguna dari aplikasinya penting dan harus spesifik untuk jenis penguna tertentu. Pengujian usabilitas adalah proses yang bekerja dengan penguna akhir secara langsung maupun tidak langsung untuk menilai bagaimana pengguna merasakan paket perangkat lunak dan bagai mereka berinteraksi dengannya. Proses ini akan membongkar area kesulitan pengguna seperti halnya area kekuatan. Tujuan dari pengujian usabilitis harus membatasi dan menghilangkan kesulitan bagi pengguna dan untuk memengaruhi area yang kuat untuk usabilitas maksimum. Pengujian ini idealnya melibatkan masukan dari pengguna secara langsung maupun tidak langsung (mengamati prilaku) dan bila memungkikan melibatkan komputer yang di dukung umpan balik. Komputer yang di dukung umpan balik sering kali (jika tidak selalu) dihilangkan untuk proses ini. Komputer yang di dukung dengan umpan balik dapat berperan sebagai pengatur waktu (timer) pada dialog untuk monitoring  (memonitor) berapa lama waktu yang di perlukan pengguna untuk menggunakan dialog dan alat menghitung (counter) untuk menentukan seberapa sering kondisi tertentu terjadi (misalnya, pesan error, bantuan pesan, dan lain – lain). Biasanya, proses tersebut melibatkan modivikasi sepele (trivial) dari perangkat lunak yang sudah ada, namun dapat berakibat besar terhadap laba atas investasi. Akhirnya, pengujian usabilitas mengakibatkan perubahan pada produk yang diberikan sesuai dengan penemuan yang di buat mengenai kegunaan. Perubahan ini harus secara langsung berkaitan dengan fungsinya di dunia nyata dengan pengguna pada umumnya. Dokumen ini harus di tulis semaksimal mungkin untuk mendukung perubahan sehingga mempermudah penanganan situasi yang sama di masa yang akan datang.

7.       Pengujian asap (smoke testing)
Jenis pengujian ini di sebut juga pengujian kenormalan (sanity testing). Pengujian ini dilakukan untuk memeriksa apakah aplikasi tersebut sudah siap untuk pengujian yang lebih besar dan bekerja dengan baik tanpa cela sampai tingkat yang paling diharapkan. Pada sebuah pengujian baru atau perbaikan peralatan yang terpasang, jika aplikasi “berasap”, aplikasi tersebut tidak bekerja ! istilah ini juga merujuk langsung kepada pengujian perangkat lunak (software) dasar. Istilah ini awalnya tercipta pada manufaktur kontainer dan pipa, ketika smoke telah di perkenalkan untuk menentukan apakah ada kebocoran. Praktik umum di Microsoft dan beberapa perusahaan perangkat lunak shrini-wrap lainnya adalah proses “daily build and smoke test”. Setiap file di kompilasi, dihubungkan, dan digabungkan menjadi sebuah perogram yang dapat di eksekusi setiap hari, dan program ini kemudian di masukan melalui “pengujian asap ” (smoke test) yang relatif sederhana untuk memeriksa apakah produk  “berasap” ketika produk dijalankan.

8.       Pengujian pemulihan (recovery testing)
Pengujian pemulihan (recovery testing ) pada dasarnya dilakukan untuk memeriksa seberapa cepat dan baiknya aplikasi bisa pulih terhadap semua jenis crash atau kegagalan hardware, masalah bencana dan lain lain. Jenis atau taraf pemulihan di tetapkan dalam persyaratan spesifikasi.

9.       Pengujian volume (volume testing)
            Pengujian volume dilakukan terhadap efisiensi dan aplikasi. Jumlah data yang besar di proses melalui aplikasi (yang sedang di uji) untuk memeriksa keterbasan ekstrem dari sistem. Seperti namanya, pengertian volume adalah pengujian sebuah sistem (baik perangkat keras dan perangkat lunak) untuk serangkaian pengujian dengan volume data yang di proses adalah subjek dari pengujian, seperti sistem yang mendapat  menangkap sistem pengolahan trasaksi penjualan real-time atau dapat memperbaharui basis data atau pengembalian data (data retrieval).
Pengujian volume akan berusaha memastikan batas – batas fisik dan logis untuk sebuah kapasitas sistem dan memastikan apakah batasan dapat di terima untuk memenuhi proyeksi kapasitas dari pengolahan bisnis organisasi.
10. Pengujian Domain (domain testing)
Pengujian domain ini sering kali menjelaskan teknik pengujian. Beberapa penulis biasanya hanya menulis tentang pengujian domain ketika mereka menulis desain pengujian. Dugaan dasarnya adalah bahwa nada mengambil ruang pengujian yang memungkinkan dari variabel indvidu dan membaginya lagi kedalam subset (dalam beberapa cara) yang sama. Kemudian, anda menguji perwakilan dari masing masing subset.

11. Pengujian skenario (Scenario testing)
Pengujian ini adalah sebuah pengujian yang realitas, kredibel dan memotivasi stakeholder, tantangan untuk program dan mempermudah penguji untuk melakukan evaluasi. Pengujian ini menyediakan kombinasi variabel – variabel dan fungsinya yang sangat berarti daripada kombinasi buatan yang anda dapatkan dengan pengujian domain atau desain pengujian kombinasi.  

12. Pengujian regresi (regression testing)
Pengujian ini adalah gaya pengujian yang berfokus pada pengujian ulang (retesting) setelah ada perubahan. Pada pengujian regresi berorientasi resiko (risk-oriented regression testing), daerah yang sama yang sudah di uji, akan kita uji lagi dengan pengujian yang berbeda (semakin komplek). Usaha dari pengujian ini bertujuan untuk mengurangi resiko sebagai berikut :
a.      Perubahan untuk memperbaiki bug yang gagal
b.     Beberapa perubahan memiliki efek samping, tidak memperbaiki bug lama atau memperkenalkan bug baru.

13. Penerimaan pengguna (user acceptance)
Dalam pengujian ini perangkat lunak akan  di serahkan kepada pengguna dan bekerja seperti yang diharapkan. Pada pengembangan perangkat lunak, user acceptance testing (UAT), juga di sebut pengujian beta (beta testing), pengujian aplikasi (application testing), dan pengujian penggunaan akhir (end user testing) adalah tahapan pengembangan perangkat lunak ketika perangkat lunak di uji pada “dunia nyata” yang dimaksud oleh pengguna. UAT dapat dilakukan dengan in-house testing dengan membayar relawan atau subjek penguji perangkat lunak atau biasanya mendistribusikan perangkat lunak secara luas dengan melakukan pengujian versi yang tersedia secara gratis untuk di unduh melalui web. Pengalaman awal pengguna akan di teruskan kembali kepada para pengembang yang membuat perubahan sebelum akhirnya melepaskan perangkat lunak komersial.

14. Pengujian alfa (alpha testing)
Pada pengujian ini akan di undang ke pusat pengembangan dengan maksud pengguna akan mengunakan aplikasi dan pengembang mencatat setiap masukan atau tindakan yang di lakukan oleh pengguna. Semua jenis perilaku yang tidak normal atau tidak sesuai dari sistem di catat dan di koreksi oleh pengembang.

15. Pengujian beta (beta testing)

Pada tahap penguian ini perangkat lunak di distribusikan sebagai sebuah versi beta dengan pengguna yang menguji di situs mereka. Kesalahan atau cacat akan di laporkan kepada pengembang. Pengujina beta ini dilakukan setelah pengujian alfa. Versi beta ini di rilis untuk pengguna yang terbatas di luar perusahaan. Perangkat lunak di lepaskan ke kelompok masyarakat agar dapat memastikan bahwa perangkat lunak tersebut memiliki beberapa kesalahan atau bug.

Itulah sekilas tentang klasifikasi Black box testing dalam RPL, semoga bermanfaat, untuk info lebih lanjut anda dapat membuka website resminya. Terimakasih..!

Sumber  referensi :
Simarmata janner,"Rekayasa Perangkat Lunak", ANDI     
   Yogyakarta, 2010.


==== BONUS ====

0 comments:

Post a Comment